Kerajaan Dan Tradisi
Di
Lombok barat, Suku Sasak yang berada di wilayah itu dapat menerima
kedatangan orang-orang Bali di wilayahnya dan kehidupan di antara kedua
suku bangsa itu berjalan harmonis. Perkawinan antara orang Sasak dan
Bali pada masa itu menjadi hal yang lumrah. Orang Sasak juga belajar
dari orang Bali mengenai metode pengairan pertanian Subak.
Namun,
keadaan tidak sama di Lombok Timur di mana kehadiran orang Bali
ditentang oleh orang Sasak. Keadaan ini menimbulkan dua kali perlawanan
orang Sasak terhadap kekuasaan orang Bali yang ada di wilayah itu, yaitu
pada tahun 1855 dan 1871. Pada tahun 1891, para pemimpin suku Sasak di
Lombok Timur minta bantuan kepada Belanda dan mengundang Belanda untuk
menjadi penguasa di Lombok, menggantikan Bali.
Pada
Juni 1894, Gubernur Jenderal van der Wijk membuat perjanjian dengan
suku Sasak. Dengan alasan untuk membebaskan orang Sasak dari penjajahan
Bali, van der Wijk kemudian mengirim pasukan dalam jumlah besar ke
Lombok. Dan, pada tahun 1894 Belanda berhasil mengalahkan kekuasaan Bali
di Lombok.
Pada masa kekuasaan
Belanda di Lombok, khususnya pada sekitar tahun 1940-an, petani dipaksa
untuk menjual lebih banyak padi dan beras sebagai bentuk pembayaran
pajak oleh petani kepada penguasa Belanda. Hal ini menyebabkan jumlah
beras bagi masyarakat menjadi berkurang sehingga menimbulkan kelaparan
yang terjadi pada tahun 1938, 1940, dan 1949. Lombok merupakan kawasan
yang rawan kelaparan, bahkan pada masa setelah kemerdekaan, yaitu pada
tahun 1966 dan 1973.